Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengalaman Pertama Mendapat Insentif dari Menulis

Beberapa bulan yang lalu, tepatnya sekitar bulan November 2018, saya diminta oleh salah satu anggota dewan redaksi Majalah Gema Braille untuk mengisi salah satu rubric tentang peringatan hari Braille internasional.
Tulisan ini akan dimuat pada Majalah Gema Braille edisi Dewasa bulan Januari-Februari 2019, yang diterbitkan oleh Balai Literasi Braille Indonesia (BLBI) “Abiyoso” Cimahi.

Karena sebelumnya tulisan saya belum pernah dimuat di media seperti ini, kecuali di blog-blog yang dikelola saya sendiri, sejujurnya saya sedikit minder.
Saya takut ini itu, takut tulisan saya ini tidak enak dibaca, takut tidak dapat memberikan manfaat bagi pembaca, dan takut tidak lolos seleksi dewan Redaksi juga sih. ;)
Intinya, banyak ketakutan yang sebenarnya tidak perlu sih, yang ujung-ujungnya akan menghambat kemajuan kita. Hehe

Akhirnya, dengan menguatkan niat dan tekad, saya pun memaksa jemari ini menari di atas keyboard untuk mengetikkan huruf demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat.
Syuqur Alhamdulillah, lambat laun akhirnya baris demi baris kata yang saya ketikkan dapat berwujud menjadi sebuah artikel yang sederhana.
Dan hasil jerih payah ini saya beri judul "Dimanakah Peran Buku Braille di Era Digital?"

Setelah saya baca bolak-balik, tulisan ini saya kirim ke dewan redaksi majalah GB via email, padahal sih dia masih sekantor dengan saya, biar aga kkeren gitu. Hehe :p
Setelah itu saya tidak pernah memikirkan lagi tulisan tersebut, apalagi hanya sekadar menanyakan, “hai bu, apakah artikel yang kemarin saya kirim lolos seleksi nggak?” wkwkwk

Akhirnya, tibalah di bulan Januari 2019, bulan dimana majalah Gema Braille itu akan dicetak atau diproduksi.
Kebetulan saya pun menjadi salah seorang yang suka menyusun dan mengoreksi halaman majalah Gema Braille.
Karena saya merasa pernah memasukkan tulisan, tak dapat dielakkan rasa penasaran itu ada, “apakah tulisan yang pernah saya kirim itu dimuat nggak ya?”.
Saya baca judul demi judul yang ada dalam Daftar Isi,saya buka lembaran kertas yang masih belum tersusun dengan rapih dan baik.
Akhirnya, jreng, jreng, jreng, terbacalah sebaris kalimat yang berbunyi, “"Dimanakah Peran Buku Braille di Era Digital?"”.

Setelah jelas tulisan saya itu dimuat majalah Gema Braille, selanjutnya merupakan masa penantian panjang, dimana saya akan menerima insentif pertama saya dalam menulis.
Dari hari ke hari, minggu ke minggu, bahkan bulan ke bulan, ternyata insentif itu tak kunjung ada.
Mau saya tanyakan atau dikonfirmasi rasanya nggak enak gituu. :(
Parahnya, saya pun gak tau berapa lama insentif menulis itu akan diterima penulis setelah tulisannya diterbitkan.
Lambat laun harapan itu seakan luruh dan terlupakan.

Tapi ada pepatah yang bilang, “usaha itu pasti ada hasilnya, sekecil apapun usaha itu”.
Akhirnya jerih payah yang pernah saya lakukan berbuah juga.
Syuqur Alhamdulillah, tepatnya pada hari Selasa, 16 April 2019, sehari sebelum Pemilu saya pun menerima insentif pertama saya dalam menulis.

Dengan demikian, berakhir pulalah penantian panjang saya atas insentif pertama menulis saya.
Karena ini merupakan yang pertama, mudah-mudahan kedepannya ada yang ke-2, ke-3 dan seterusnya. Aamiin. ;)

Post a Comment for "Pengalaman Pertama Mendapat Insentif dari Menulis"